Rabu, 07 April 2010

surat buat saudaraku yang ada diatas

Kepada Yth
Saudaraku
Yang kini berada diatas


Saudaraku, bagaimana kabarmu hari ini…? Baik-baik sajakah ? Telah lama aku tak lagi mendengar kabarmu, yang dulu selalu kudapat dari surat-surat yang kau kirim untukku. Ingatkah engkau, itu… amplop putih kecil yang tertempel gambar kecil dipojok atasnya. Kau selalu menyebutnya perangko, sedang aku lebih suka menyebut ‘Republik Indonesia’.
Saudaraku, kini kau telah berada diatas, terlalu atas malah bagiku hingga kau kini tak lagi lihat saudaramu disini. Yah, sebagaimana aku yang tak akan lagi sanggup tengadah pada silaumu.
Saudaraku, mungkin kau duduk terlalu tinggi hingga tak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Mereka tak’kan angkat topi padamu, sejatinya mereka tak sanggup untuk membeli topi. Yang ada paling tudung anyaman bambu yang sudah tidak berbingkai lagi. Maukah kau jika saudaramu ini mengangkatnya untukmu ?
Ya… kau terlalu tinggi, hingga tak lagi kau lihat tangan yang tak lagi terpancang hormat karena sibuk menengadah di perempatan jalan, atau di pasar mungkin. Kalaupun mereka mendekat padamu, kau tak akan lagi mencium bau anyir lendir dari keropeng kemiskinan yang melekat erat memeluk mereka. Atau juga erangan nenek sekarat yang diiringi gerung tangis cucunya dibawah emperan toko itu. Saudaraku… kau terlalu tinggi.
Mereka bilang itu PR bagimu. Saudaraku… Kau masih sekolah…? Dimana…? Pantas saja bila kau masih belajar…
Lalu siapa gurumu…? Yang akan menilai PR-mu itu…? Kamikah…???
Lalu kenapa kau tak pernah menuruti kami, gurumu ? Apa karena kau masih sekolah, seperti dulu saat kita SD mencuri mangga dibalik pagar dan hanya dianggap sebagai kenakalan semata ?
Lalu apa makna ocehanmu kemarin, saat mulutmu berbusa-busa menyemburkan janji-janji manis pada kami ? Apakah itu juga layaknya nyanyian Indonesia Raya yang dulu kita tembangkan dengan bercanda dibarisan belakang paduan suara ?
Satu lagi saudaraku… Kulihat kemarin di TV, kau dapat hormat dari orang lain. Tapi mungkinkah mereka itu menghormatimu ?. Kau jangan marah, karena menurutku mereka hanya menghormati bendera merah putih yang menjadi latar berdirimu, sesuatu yang memang ‘lebih’ bahkan ‘sangat’ layak tuk dihormati. Bukan kau saudaraku…
Maaf.
Mungkin lain kali kita bisa berjumpa lagi.



Salam Hangat

Saudaramu

Nb: Nanti jika kau tak lagi diatas,maukah kau tidur dilantai bersamaku lagi?

( http://angsanatirta.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar